Bullying adalah pengalaman yang biasa dialami oleh banyak anak-anak dan remaja di sekolah. Perilakubullying dapat berupa ancaman fisik atau verbal. Bullying terdiri dari perilaku langsung seperti mengejek, mengancam, mencela, memukul, dan merampas yang dilakukan oleh satu atau lebih siswa kepada korban atau anak yang lain.
Selain itu bullying juga dapat berupa perilaku
tidak langsung, misalnya dengan mengisolasi atau dengan sengaja menjauhkan
seseorang yang dianggap berbeda. Baik bullying langsung maupun tidak
langsung pada dasarnya bullying adalah bentuk intimidasi fisik
ataupun psikologis yang terjadi berkali-kali dan secara terus-menerus membentuk
pola kekerasan.
Bentuk-bentuk bullying, antara lain;
1. Bullying secara fisik: menarik rambut, meninju,
memukul, mendorong, menusuk.
2. Bullying secara emosional: menolak, meneror,
mengisolasi atau menjauhkan, menekan, memeras, memfitnah, menghina, dan adanya
diskriminasi berdasarkan ras, ketidakmampuan, dan etnik. 3. Bullying
secara verbal: memberikan nama panggilan, mengejek, dan menggosip.
4. Bullying secara seksual: ekshibisionisme, berbuat
cabul, dan adanya pelecehan seksual.
Mengapa Beberapa Anak dan Remaja bisa Menjadi Pelaku Bullying?
Bully atau pelaku bullying adalah seseorang
yang secara langsung melakukan agresi baik fisik, verbal atau psikologis kepada
orang lain dengan tujuan untuk menunjukkan kekuatan atau mendemonstrasikan pada
orang lain. Kebanyakan perilaku bullying berkembang dari
berbagai faktor lingkungan yang kompleks. Tidak ada faktor tunggal menjadi
penyebab munculnya bullying. Faktor-faktor penyebabnya
antara lain:
Faktor keluarga: Anak yang melihat orang tuanya atau saudaranya melakukan bullying sering akan mengembangkan perilaku bullying juga. Ketika anak menerima pesan negatif berupa hukuman fisik di rumah, mereka akan mengembangkan konsep diri dan harapan diri yang negatif, yang kemudian dengan pengalaman tersebut mereka cenderung akan lebih dulu meyerang orang lain sebelum mereka diserang.Bullying dimaknai oleh anak sebagai sebuah kekuatan untuk melindungi diri dari lingkungan yang mengancam.
Faktor sekolah: Karena pihak sekolah sering mengabaikan keberadaan bullying ini, anak-anak sebagai pelaku bullying akan mendapatkan penguatan terhadap perilaku mereka untuk melakukan intimidasi anak-anak yang lainnya. Bullying berkembang dengan pesat dalam lingkungan sekolah yang sering memberikan masukan yang negatif pada siswanya misalnya, berupa hukuman yang tidak membangun sehingga tidak mengembangkan rasa menghargai dan menghormati antar sesama anggota sekolah.
Faktor kelompok sebaya: Anak-anak ketika berinteraksi dalam sekolah dan dengan teman sekitar rumah kadang kala terdorong untuk melakukan bullying. Kadang kala beberapa anak melakukan bullyingpada anak yang lainnya dalam usaha untuk membuktikan bahwa mereka bisa masuk dalam kelompok tertentu, meskipun mereka sendiri merasa tidak nyaman dengan perilaku tersebut.
Bagaimana dengan Mereka Korban Bullying?
Korban bullying atau victim adalah seseorang yang
berulangkali mendapatkan perlakuan agresi dari kelompok sebaya baik dalam
bentuk serangan fisik, atau serangan verbal, atau bahkan kekerasan psikologis.
Biasanya mereka yang menjadi korban bullying pada kelompok laki-laki
adalah mereka yang lemah secara fisik dibandingkan dengan kelompok
sebayanya.
Mereka yang menjadi korban bullying, menurut penelitian
adalah kebanyakan dari keluarga atau sekolah yang overprotective sehingga si
anak/siswa tidak dapat mengembangkan secara maksimal kemampuan untuk memecahkan
masalah (coping skill). Siswa sebagai korban bullying sering
menunjukkan beberapa gejala misalnya cemas, merasa selalu tidak aman, sangat
berhati-hati, dan mereka menunjukkan harga diri yang rendah (low self-estem).
Mereka memiliki interaksi sosial yang rendah dengan teman-temannya, kadangkala
mereka termasuk anak yang diisolasi oleh teman
sebayanya.
Apa yang Terjadi di Balik Bullying?
Konsekuensi adalah sebuah kata yang tepat untuk
menggambarkan bagaimana dan apa yang bisa terjadi di balik perilaku bullying ini.
Pada artikel Ron Banks pada tahun 1997 dipaparkan sebuah penelitian di
Scandinavian bahwa ada koleksi yang kuat antara bullying yang
dilakukan oleh siswa selama beberapa tahun sekolah dimana mereka kemudian
menjadi pelaku kriminal saat dewasa. Ini adalah sebuah penelitan yang
memberikan gambaran bagaimana bullying bisa membentuk sebuah
kepribadian yang menempatkan seorang anak pada perjalanan dan pengalaman hidup
yang kelam.
Sedangkan mereka sebagai korban bullying sering
mengalami ketakutan untuk sekolah dan menjadi tidak percaya diri, merasa tidak
nyaman, dan tidak bahagia. Aksi bullying menyebabkan seseorang
menjadi terisolasi dari kelompok sebayanya karena teman sebaya korban bullying tidak
mau akhirnya mereka menjadi target bullying karena mereka berteman
dengan korban.
Apa yang Perlu Dilakukan?
Bullying sudah menjadi masalah global yang kemudian
tidak bisa kita abaikan lagi. Banyak hal yang harus bisa kita lakukan untuk
meyelamatkan perkembangan psikologis anak-anak dan remaja kita. Kekerasan sejak
dini bukan merupakan bagian dari perkembangan psikologis mereka, oleh sebab itu
banyak elemen harus ikut terlibat, baik orang tua, pihak sekolah, bahkan
pemerintah.
Beberapa hal yang bisa dilakukan antara
lain:
Orang tua membiasakan diri memberikan feedback positif
bagi anak sehingga mereka belajar untuk berperilaku sosial yang baik dan mereka
mendapatkan model interaksi yang tepat bukan seperti perilakubullying dan
agresi. Kemudian, menggunakan alternatif hukuman bagi anak dengan tidak
melibatkan kekerasan fisik maupun psikologis. Selain itu, orang tua mau
menjalin relasi dengan sekolah untuk berkonsultasi jika anaknya baik sebagai
pelaku bullying ataupun
korban.
Pihak sekolah menciptakan lingkungan yang positif misalnya
dengan adanya praktik pendisiplinan yang tidak menggunakan kekerasan. Selain
itu juga, meningkatkan kesadaran pihak sekolah untuk tidak mengabaikan
keberadaan bullying. Bullying harus dihentikan!
Comments
Post a Comment