Karya vita anggraeni
“lo tahu? Sebetapa buruknya lo itu di sekolah ini?” Dia mendorong
tubunya.
“aku gak tahu. Emang kenapa?” ..
“karena lo itu gak tahu. Gue bilang sama lo, karena kita berbeda.
Mari bersalaman, jangan harap kita akan berteman di sekolah ini” mereka
bersalaman. Stefa memberinya tangan dan pergi.
Stefi terus
berjalan menyusuri koridor sekolah. Seragamnya kotor karena ulahnya itu. Dia
terus membersihkan bagian perut dan dadanya oleh saus tomat. Dan brakkkk,
dia terjatuh.
“lo gapapa?”
“lo pikir ini gapapa, hah?” Dia berdiri. Menatap cowo itu
mateng-mateng. “kenapa lo gak minta maaf?” Tanyanya.
Cowo itu tersenyum
padanya, dan pergi begitu saja. Tak menghiraukan tatapannya itu. Stefi
menggerutu kesal, “kurang asem banget gue” dia melanjutkan jalanya menuju wc
sudut sekolah.
Bel nyaring
berbunyi. Pertanda pulang sekolah tiba. Mereka semua bersorak kegirangan.
Pulang secepat ini dalam kondisi juga seperti ini, kondisi yang sangat
menyenagkan sekali buat mereka. Tak ada sama sekali pelajaran pada hari ini.
“fa? Kamu kenapa?”
Stefa tak
menghiraukan bela padanya. Dia terus membaca surat dari loker bukunya itu.
Terjatuh sewaktu dia buka. Dan anehnya lagi. Coklat batang dua ada menyertai
surat itu. Harum dan berwarna pink pula suratnya.
“ini dari siapa yah? Kok bawaanya aku ingin muntah”
“coba-coba kubaca”, bela menyambar surat itu dan membacanya
seketika. “arghhhhh” teriaknya seketika. Membuat lorong loker kelas
siswa menatap mereka. “sorry” dia tersenyum padaku.
Tiba-tiba tangan
stefa di tarik oleh bela, kayaknya mereka akan menuju taman belakang sekolah.
Dan benar. Mereka sampai dan duduk di sebuah bangku kosong.
“kamu tahu fion?” Stefa menggelang. “ini fion. Dia suka sama
kamu!!!!” Katanya seraya memegang tangan stefa erat sekali. Tapi, stefa masih
tak mempercayainya sebelum fakta dan bukti memang ada.
Stefa beranjak
dari duduknya. Pergi meninggalkan bela yang masih duduk disana. Stefa berlari
dan berlari. Dan brakkk, dia menabrak seseorang. Dia pria yang tinggi hingga
dia terjatuh dan terpental beberapa centimeter. Stefa berdiri dan menatapanya.
“maafkan aku, kak” stefa sedikit membungkuk dan pergi.
“tunggu” suara kakak kelas itu dari belakang tubuhnya.
Dan suara
langkahnya yang kian mendekati stefa. Stefa berdiri berhenti seakan tengah
menunggunya menghampirinya. Tepat sekarang, pria tinggi, putih, bermuka mulus
tanpa jerawat nan ganteng dan berambut sedikit ikal ada di depannya. Tengah
tersenyum lambayang kepadanya. Tipis bibirnya membuat kerutan yang indah di
raut wajahnya. Tapi satu pertanyaan apakah kakak itu mengenal stefa.
“ada apa kak? Kan saya udah minta maaf tadi sama kakak. Kalo begitu
beres” kata stefa terus saja menghadapkan mukanya ke bawah. Dia tak memiliki
keberanian diri untuk menatapnya langsung.
“lo kan yang tadi pagi nabrak gue?” Katanya, “lo gak marah lagi
sekarang?” Tambahnya kepada stefa.
Stefa menatapnya
sekarang. Bingung, memang sejak kapan dia menabraknya tadi pagi. Bukannkah dia
tengah dan selalu berada dikelasnya. Dia jarang sekali jika pagi bahkan sebelum
bel pun pergi meninggalkan kelas tanpa sebelum membaca sebuah buku matematika.
“kapan? Maksud kakak pagi?” Kakak itu mengangguk dan tersenyum lagi
kepadaku. “kalo begitu maaf aku ada urusan sekarang. Jadi maafkan aku yah
kak..” Aku memohon dan lagi tanpa menatapnya. Takut rasanya.
Stefa langsung
pergi tanpa kembali menatapnya. Pergi mulai menjauhi pria aneh itu yang dari
sekian lama ini masih mengikuti stefa? Stefa mempercepat
langkahnya. Terus, terus, dan berlari pada akhirnya. Dia terus berlari. Tapi,
sial pria itu stefa lupa. Dia memiliki kaki yang panjang. Sial!
“si-al” katanya terus berlari menyusuri lorong-lorong. “ke-na-pa,
a-ku ber-tem-u den-gan-nya?” Terengah engah nadanya gugup dan ketakutan.
“tunggu, lo”
Kedengarnya pria
itu telah menghentikan larinya. Stefa yang masih sanggup berlari, terus
meneruskannya. Stefa melihatnya dari kejauhan dimana pria itu masih sama
melihatnya berlari sekian jauh ini.
“untunglah, aku berhasil sampai di halte” dia duduk dibangku.
Terlihat beberapa
orang menghampirinya. Yang tak lain adalah adik kembarnya itu. Bersama geng tak
bergunanya. Dia duduk di sebelah stefa yang masih kesal dan lelah atas pelariannya itu. Malah ditambah, perlakuan
adiknya itu.
“ups. Maaf yah
kak. Gue gak sengaja hehe” meringis dia, stefi.
“gapapa, aku
masih punya baju cadangan untuk besok kok. Aku pergi dulu”
Stefa pergi
terlebih dahulu dengan menaiki bus metromini itu. Stefi masih tersenang-senang
melihatnya. Air kuah bakso yang sengaja ditumpakannya ini, memang sebuah
pembalasan dari yang tadi pagi stefa lakukan. Stefa mengerti paham.
Dia mulai memilih
tempat duduk yang tepat untuk perjalanan 10 menitnya nanti. Dia berada di dekat
sebuah seorang pria yang tengah asyik memainkan handphonenya. Stefa tak bisa
melihatnya secara pasti, wajahnya masih terpaku pada jendela kaca bus ini.
“permisi, kamu ditagih setor bus mas?” Katanya sedikit mencolek
pria berkulit putih itu.
“memang kenapa kamu berlari, hah?”
Stefa membuka
matanya lebar-lebar, melotot. Astaga. Pria ini. Kakak kelas. Yang tersenyum
pada stefa sepulang sekolah tadi. Dan kini berada tepat di samping kursinya.
Busnya berhenti di sebuah halte. Beberapa orang mulai memasuki bus. Beberapa
kursi yang kosong tadi malah mulai terisi penuh dan sesak disini. Ide stefa
untuk memindahkan dirinya malah gagal terpecah-pecah.
“ini pak” singkatnya seraya menyodongkan uang pada kenet bus. “lo
kenapa lari?”
“memang sejak kapan kita kenal?”
Stefa terus saja
memalingkan wajahnya dari kakak kelas itu. Dia meminggirkan sebagian tubunya
agar sedikit bisa menjauhinya beberapa inchi. Tapi gagal lagi. Badan si kakak
itu malah bertambah lebar mendekatiku.
“lo gak kenal? Satu sekolahan tahu gue. Dan lo bukannya si pemarah
itu?” Tanyanya.
Stefa semakin
bingung terhadapnya. Dia sepertinya memang mengenalinya sedemikian rupa. Tapi
beginilah stefa, dia mana mungkin bisa menjadi menyeramkan jika bukan karena
soal matematika di kelas. Mana mungkin dia suka marah.
“apa mungkin, itu kembaranku?”
“kem-baran?” Teriaknya, semua mata penumpang tertuju pada stefa dan
dirinya. “maaf, hehe”
“iya, aku memang punya kembaran kak, dia stefi. Dia adikku, aku
lebih tua dari padanya satu menitan. Dia memiliki sifat yang tadi kau utarakan
padaku. Wah, jangan-jangan kau suka adikku?” Semua penumpang kembali melirik
mereka lagi.
Si kakak kelas itu
malah membenahi kepalanya, bersandar di kaca jendela bus. Sepetinya dia galau
mendengarnya. Tapi, memang apa yang dia perlu galauin. Inilah kenyataanya.
“kenapa ada dua, yah?”
Bammm,
kepalanya terbentur kaca keras sekali. Saat bus melewati tanggul yang sedikit
lebih tinggi. Dan mulai meringis kepada stefa. Dia kembali melihat dan terpaku
lagi pada handphonenya.
“minta nomormu?”
“untuk apa? Oh, aku tahu. Untuk bisa berhubungan langsung dengan
adikku. Okeh! Akan aku kasih sekalian nomorku dan adikku”
Lima menitan kakak
kelas itu tiba dalam pemberhentiannya. Tepat di halte ke 26 kota ini. Kakak itu
melambaykan tangannya kepada stefa. Stefa membalasnya sedikit, tapi tidak
dengan senyuman konyol itu.
“lo kenal dimana kak fion itu?”
Tiba-tiba beberapa
anak perempuan sesekolahan mendekati kursi stefa, dan membuat sesak tempat
duduknya, stefa terjepit. Dan kaget sedemikian rupa.
“kak fion?” Mereka mengangguk menjawabnya.
“dia kakak yang paling ganteng satu sekolahan lo tahu. Dia juga
paling pintar dari murid yang lain. Dia peringkat pertama, wahhhhhhhhhhhh”
Mereka mulai
membayangkan yang tidak tidak sekarang. Kagum fanatic dan menyeramkan. Stefa
ketakutan setengah mati jika mereka benar-benar fansnya.
“kita fansnya” singkat mereka seraya berteriak tak tahu malu.
“hah? Fans-nya?” Aku membuka mulut lebar, “jika dia sudah punya
pacar gimana?”
Mereka tersentak
berdiri dan mengangkat tangan kanannya tinggi-tinggi *hanya sebatas ketinggian bus tidak lebih. Mereka melotot dan
membatu beberapa detik.
“kita akan membuat rendang si pacarnya itu, hahahahahaha” kata
salah satu dari mereka.
“hah??????” Kaget stefa mendengarnya saat itu juga mereka langsung
melototinya.
Halte ke 30. Pemberhentiannya
tiba. Stefa berjalan menyusuri terotoar toko. Saat itu juga dia melihat adik
kembarnya tengah berboncengan dengan salah seorang pria. Stefa tak bisa
menyangkal atas kelakuannya akhir-akhir ini. Jika menyangkal malah menjadi-jadi.
Begitu seterusnya.
Stefa memasuki
rumah, dan menaiki anak tangga demi anak tangganya. Dan membuka pintu kamarnya
yang sedikit alot untuk dibuka. Dan lelah, karena itu dia membaringkan tubuhnya
di kasur.
“kenapa lo? Ah, lo pasti kesal karena gue kan?” Tiba-tiba stefi
muncul dari hadapnnya.
“fion suka kamu” stefa langsung beranjak berdiri.
Stefi terus saja
mengelapkan handuk pada rambutnya itu yang sedikit basah. Dan duduk di tempat
tidurnya. Langsung membuka smarthphonenya. Dan mulai mendekatiku.
“aku sudah punya pacar. Ini dia” dia menunjukan layar handphonenya
pada stefa, dan kembali pada posisinya di atas tempat tidur.
“banyak orang yang suka sama dia, kamu malah menyianyiakannya. Tadi
saja dia terus menyangkal bahwa aku ini adalah kamu, fi. Dia berlari dan satu
bus denganku karena kiranya aku ini kamu”
Stefi tak
mendengarkannya, dan malah pergi meninggalkannya sendiri. Dia turun ke bawah.
Stefa membaringkan tubuhnya lagi. Sadarnya dia harus memberitahu kak fion atas
beritanya ini.
“kak fion. Maaf sebelumnya, ternyata stefi tidak menyukai kakak.
Karena dia telah memiliki pria lain yang sudah memacarinya beberapa hari lalu.
Terima kasih” stefa mengirim
pesan padanya. Selang beberapa detik, kring..
“masa bodohlah kalo begitu. Kan ada lo. Bahkan gue sendiri lebih
suka sama lo”
Stefa berdiri
langsung selepas membacanya. Apa yang dikatakannya barusan, kak fion
menyukainya? Ketimbang adikknya itu. Wahhh. Pikirannya kembali menyangkal. Sekarang yang akan ada dipikirannya adalah apakah
yang akan dilakukan oleh fansnya.
“wahhhhhhh” dia berteriak seraya memanjat ke atas kasur. “apa ini?
Aku ditembak!!” Katanya berintonasi sedikit menurun, dan kembali ke baringanya
lagi.
Seterusnya, dan
seterusnya. Akhirnya selang beberapa hari ini sang stefa yang suci dan pendiam
itu telah memiliki kekasih hati. Yah, siapa lagi. Si fion idola para penumpang
busway. Kira-kira sudah sampai 3 bulan ini.
“fa? Fion baik banget gak sih menurut lo?” Tiba-tiba stefi
mendekati stefa yang tengah belajar di meja kamarnya.
“baik” sedikit mengangguk. Dan beralih ke bukunya lagi.
“terus, dia ganteng juga yah. Gue pikir dia itu culun loh”
Stefa terus
menatap bukunya disana. Tak sedikit pun menggubris omongan stefi dari sekian
tadi. Selang cukup beberapa menit ocehannya terus saja ngelantur kepadanya. Dan
sekian menit pula dia terus saja memandangi buku, dimana sekian kalinya dia
mengetuk-ketuk pulpennya ke buku.
“gue suka sama kak fion” katanya tepat di telinganya, sedikit
berbisik.
Kalimat itu.
Benar-benar membuat waktu terhenti seketika bagi stefa. Dia membatu mendengar
kalimat itu. Dan beralih menghadapnya, tegang.
“apa? Kenapa bisa? Lo kan udah punya pacar?”-
“mantan pacar kaleee” stefi beralih dan pergi menuju tempa
tidurnya. Dan menghempaskan tubuhnya disana. “gue mau jadi pacarnya” tambahnya.
“gak bisa” pelan stefa padanya.
“kenapa?” Stefi beranjak duduk dan kembali mendekatinya.
“aku udah jadian sama dia” stefa gemetar mengatakannya. Dan terus
saja menatap buku.
Stefi pergi lagi.
Dan sekarang duduk di tempat tidurnya. Hening suasanya. Terlihat dia tengah
memikirkan sesuatu untuk si kakaknya itu. Dan kembali mendekati stefa.
“ermmm, kalo
begitu. Gue akan nyamar jadi lo, okeh? Kalau enggak, gue akan kabur dari rumah.
Dan ini semua gue akan utarain ke mama dan papa ulah lo, kakak jahat hemmmmm”
“jangan, kamu
gila apa? Bukannya ini salah lo. Lo yang gak mau jadian sama dia. Tapi kenapa
lo harus begini?” Stefa beranjak dari tempat duduk asalnya tadi.
“oke, kalo begitu. Gue akan minggat dari rumah. Kenapa mereka
tanya. Dan ini semua ulah lo, lo yang udah ngrebut pacar gue. Atau gue akan
utarain ini semua ke bapak-ibu guru bahwa sang kakakku yang rajin dan
terpelajar ini telah memiliki sang kekasih”
“okehhh, aku akan melakukannya. Kamu puas??”
Senyum lebar
terpampang di raut muka stefi mendengar perkataan itu dari kakaknya. Dia
akhirnya mendapatkan apa yang dia inginkan dari sang kakaknya itu. Dia
menari-nari dan berdiri di atas kasur untuk merayakannya. Dan sesekali juga
mengajak sang kakak,
“terima kasih kakakku yang imutsshhhhh”
Pagi di sekolah. Stefi yang menyamar menjadi stefa telah berada di
busway kebiasaannya bertemu sang pacar. Semua kebiasaanya telah jelas
digambarkan sang kakaknya tadi malam. Dan akhirnya sampai, disana fion telah
duduk sendiri menunggunya.
“selamat pagi, fa!!! Masih sakit perut tadi malem?” Tanya kak fion
selepas stefi duduk di sampingnya. Dan dia mengangguk pelan.
“terus, nasib si adik bego lu itu gimana?”
Bego? Adik stefa? Stefi
terus menahan pendengarannya itu kepadanya. Dan mulai mengendalikan emosi di
depannya seperti layaknya seorang stefa. “gapapa” singkatnya pelan.
Setelah sampai
mereka berdua turun. Seperti biasanya, tas yang digendong sang stefa itu
dibawakn oleh fion. Dan stefi hanya membawa beberapa buku tebalnya. Ditambah
kacamata besar yang ada di wajahnya itu. Mirip sekali dengan stefa. Sepertiga
langkahnya dari gerbang. Stefi melihat stefa yang menyamar juga menyerupai
dirinya. Memakai rok di atas lutut dan sedikit hiasan kosmetik yang tergambar
di wajahnya.
“itu adikmu? Dia sangat menjijikan. Kenapa gue suka dulu” pelan kak
fion pada stefi di sebelahnya. Dan stefi kembali mengangguk.
“kak, kenapa sih kakak lebih memilih aku ketimbang stefi?” Stefi
sedikit pelan bertanya padanya seraya terus melangkah ke pintu utama sekolah
yang sedikit jauh.
“karena lo itu sederhana. Enak diajak cerita, dan pintar lagi. Kita
sama-sama murid tercerdas di sekolah ini. Dan lo itu, cantik. Hahahah, gue
jujur banget” katanya sedikit tertawa.
Seterusnya-seterusnya.
Hubungan mereka alias penyamaran stefi telah berlangsung 3 bulan. Hubungannya
selalu dalam kondisi awet-awet saja. Sedikit masalah langsung terselesaikan
begitu seterusnya. Dan menambah stefi betah dengan kak fion seterusnya.
Sedangkan nasib stefa yang menyamar menjadi adiknya itu telah merasa cukup
untuk kesekian kalinya. Hingga dia berniat untuk merebut kembali jati-dirinya
itu dari stefi. Dia merasa telah di bodohi oleh kelakuannya selama ini.
Tepat, saat hari
minggu seperti biasa. Kak fion dan stefi pergi ke tempat hiburan weekend
bareng. Stefa yang menyamar menjadi adiknya dengan sengaja membuntutinya dari
kejauhan. Kelakuan stefi terus saja menjadi. Hingga sampai stefa melihat tangan
kanan kak fion telah berada melintang di belakang atas pinggang stefi, berada
sangat dekat sekali jarak mereka. Saling suap-menyuap. Sedangkan aturan yang
telah dijalankannya akhir-akhir ini tidak boleh sampai menyentuh selain tangan
saja dalam pacarannya dengan kak dion dulu 3 bulan lau.
“kak fion, aturannya telah dilanggar” tiba-tiba stefa asli
mendatangi mereka yang asyik bersandar-sandaran di sebuah kursi taman.
Mereka terperanjat
kaget melihat sosok stefi berada di antara mereka. Melotot mata mereka
melihatnya tiba-tiba saja muncul.
“cukup sudah. Aku cape stefi” kata stefa asli seraya sedikit
menurunkan roknya itu sedikit ke bawah lutut.
“stefi? Apa maksudnya ini?”
“lo itu! Lo itu nyebelin banget sih” stefi melotot-lotot dan terus
saja menunjukan jarinya ke dada stefa. “gue udah sah pacaran sama kak fion”
Kak fion beralih
memundurkan diri, diantara mereka yang tengah berbincang keras tentang dirinya.
Terus memhami kejadian ini.
“kak fion, aku stefa asli. Aku menyamar menjadi stefi karena ulah
adikku ini” stefa mendundukan kepalanya, sedikit kembali membungkuk.
“stefa? Lo stefa atau dia stefa?” Kak fion terus saja mengungkitnya.
Stefi merangkul
kak fion dekat sekali. Dan mendekati wajahnya, berusaha memahami si fion itu
atas kebingungannya.
“gue stefa kak!” Kedua pipinya dipegang erat oleh stefi.
“bohong. Aku stefa yang asli. Apa kakak tidak sadar, dia mengatakan
kata gue untuk saya. Itu bukan cirri khasnya selama ini. Dan apa kakak tidak
menyadari bahwa setiap kali belajar sepulang sekolah. Dia selalu tanya suatu
soal? Kakak tahu sendiri sang stefa itu pintar,bukan?” Jelasnya panjang kepada
kak fion disana.
“lepaskan gue” kak fion melangkah mundur lagi. Beberapa langkah.
“kalian itu nyebelin banget gak sih! Ini stefa lah, itu stefa lah. Pusing
kepala gue. Siapapun stefa. Gue sekarang sadar, jika lo stefa” menunjuk stefi
yang berada sedikit dekat dengannya.
“gue sadar kalo lo itu bukan stefa yang asli. Lo adalah orang yang
nyebelin banget, egois banget, dan satu. Gila. Lo itu orang gila, tega
ngelakuin ini ke dia. Dan lo, stefa yang asli” beralih menunjuk stefa asli, “lo
udah rela ngelakuin ini. Lo sebegitu relanya nglepasin gue buat si bodoh ini.
Harusnya lo itu setia sama gue. Percaya sama gue. Eh, liat sekarang lo. Lo
malah marah-marah kek gue. Pikir dong, ini semua salah lo sendiri” jelasnya
panjang.
Kak fion terus
melangkah mundur. Dan pada titik hentiannya yang dia pikir tlah cukup. “gue
benci kalian berdua” dia pergi meninggalkan mereka yang masih serius melihatnya
berlari kian menjauh dari taman.
“adil, kan? Lo gak dapet, gue juga gak dapet. Fix banget duniai ini
yah. Buat orang kembar kaya kita” stefi mendekati stefa, dan sedikit menepuk
pundaknya, tersenyum bahagi.
ɷ ɷ ɷ ɷ ɷ
Permainan Sportsbook Paling Lengkap ada di Winning303
ReplyDeleteSBOSports - iSports - CSports - OSports
Dapatkan odds dan pertandingan paling update di dalamnya...
Winning303 juga menyediakan permainan lain dengan 1 ID...
1. Live Casino
2. Poker
3. Slot Online
4. Lottery/Togel
5. Sabung Ayam
Menang Berapapun Akan Kami Bayar Bosku...!!
Hubungi Kami di :
Customer Service 24 Jam
WA: +6287785425244